Halaman

Sabtu, 22 September 2012


Pengalaman Unik Mengajar Biologi di SMP Negeri  30 Semarang

Dari pengalaman nyata guru dalam proses kegiatan belajar mengajar  IPA-Biologi, pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 30 Semarang, ketika membelajarkan pokok bahasan Sistem Koordinasi Manusia, menemukan berbagai permasalahan. Permasalahan-permasalahan tersebut yaitu; 1) hasil pengamatan guru, aktivitas siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar masih rendah, ini ditunjukkan dengan sedikitnya jumlah siswa yang mengajukan pendapat dalam menyelesaikan permasalahan yang diajukan oleh guru, demikian juga pada saat kegiatan diskusi kelompok, 2) ketuntasan minimal yang diperoleh siswa dari test formatif, yaitu 65% jumlah siswa yang mendapatkan nilai, jadi ada 35% siswa yang belum tuntas untuk pokok bahasan tersebut.  Jika permasalahan-permasalahan ini tidak segera diatasi, maka kriteria ketuntasan minimal untuk pokok bahasan tersebut tidak tercapai dan akan berpengaruh terhadap ketidak tuntasan mata pelajaran IPA-Biologi.
Guru mencoba melakukan pendekatan lebih intensif, untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan tersebut, melalui kegiatan wawancara. Hasil wawancara terhadap beberapa siswa yang mengalami kesulitan belajar, ditemukan beberapa penyebab rendahnya aktivitas dan daya serap siswa, terhadap penguasaan konsep Sistem Koordinasi Manusia. Pertama, motivasi siswa untuk mempelajari pokok bahasan tersebut rendah, kurang percaya diri untuk bisa menguasai konsep dan menganggap sulit. Kedua, Kegiatan belajar mengajar di dalam kelas masih berpusat pada guru (teacher concered), siswa lebih banyak mendengar dan mencatat materi yang disampaikan guru. Belum memanfaatkan lingkungan dan informasi berita surat kabar sebagai sumber belajar. Demikian pula interaksi antar siswa dalam suatu kelompok belajar masih kurang, karena hanya terbatas pada pekerjaan mengisi LKS (Lembar Kerja Siswa), dimana materi kegiatan dalam LKS masih berpusat pada buku (texbook oriented) dan didominasi dengan hafalan bukan pada penerapan konsep, sehingga siswa tidak dapat mengembangkan kemampuan membangun pengetahuan sendiri. Ketiga, soal tes, pokok bahasan Sistem Koordinasi Manusia belum mempertanyakan soal-soal aplikasi konsep dalam berbagai bidang kehidupan, tetapi masih berupa hafalan konsep, sehingga siswa cenderung belajar dengan menghafal. 

Temuan-temuan guru dalam proses pembelajaran dan didukung hasil wawancara dengan siswa, kemudian ditindaklanjuti dengan kerja sama dalam bentuk kolaborasi bersama antara guru dan dosen, untuk mengatasi rendahnya kemampuan penguasaan konsep pokok bahasan Sistem Koordinasi Manusia. Hasil kolaborasi menunjukkan bahwa, penyebab munculnya permasalahan-permasalahan dalam pembelajaran IPA-Biologi, khususnya pokok bahasan tersebut, dikarenakan:
1.      motivasi belajar siswa dan rasa percaya diri rendah, karena belum diberi kesempatan untuk menyampaikan ide atau pendapat pada proses pembelajaran
2.      siswa belum diberi kesempatan untuk membuat dan menampilkan hasil karya di depan kelas, dari hasil pembelajaran tentang pokok bahasan tersebut
3.      siswa juga belum diberi kesempatan menerapkan konsep untuk memecahkan masalah, yang berkaitan dengan pokok bahasan tersebut dalam kehidupan sehari-hari
Upaya yang dilakukan, agar permasalahan-permasalahan tersebut segera dapat diatasi. Guru pengampu secara kolaborasi sepakat untuk melakukan suatu penelitian, mengenai penggunaan model pembelajaran yang lebih mengutamakan pada aktivitas siswa dalam membentuk pengetahuan sendiri, untuk meningkatkan penguasaan konsep tersebut.













Pengalaman Unik Dalam  Belajar Biologi
Di SMP:(SMP Negeri 1 Delitua)
            Dari pengalaman saya belajar biologi di sekolah saya semasa saya SMP (di SMP Negeri 1 Delitua). Saya melihat guru biologi saya dengan bentuk tubuhnya besar, gemuk, suaranya serak-serak basah dan kejam. Sehingga saya pun tidak suka melihat ibu itu mengajar biologi di kelas saya itu. Banyak peraturan yang diberikan oleh ibu itu pada waktu masuk ke kelas saya. Tetapi saya paling suka apabila ibu itu membawa kami ke laboratorium. Karena kami bisa tahu bagaimana proses sebenarnya yang terjadi di dalam ilmu biologi. Hal itu kami suka karena jika kami belajar di kelas ibu guru saya itu selalu menggunakan metode ceramah saja.
            Dengan adanya praktikum itu, membuat kami semakin semagat belajar sehingga kami lebih mau belajar biologi di laboratorium. Dan karena sering bosan kami belajar dengan guru tersebut. Suatu hari tanpa disangka-sangka, guru kami itu bilang ”memang belajar biologi itu lebih enak jika ada praktikumnya”, tetapi tidak semua materi biologi dapat dipraktekkan di sekolah. Karena ada materi biologi yang tidak dapat dipraktikumkan di sekolah ini dan diajarkan langsung.
            Setiba suatu hari kami dikejutkan oleh guru biologi itu. Ibuk itu meminta kami untuk melihat kotak yang ada di atas meja. Dan kotak itu ternyata berisi banyak kertas-kertas yang sudah dituliskan oleh guru kami itu. Dan tulisanya itu adalah nama-nama hewan yang ada di darat (contoh : kucing, anjing, kuda dan lai-lain). Kami tidak tahu apa maksud dari kertas-kertas itu. Dan guru kami menyuruh kami untuk meikirkan apa yang bisa kami jelaskan tentang hewan-hewan darat tersebut. Dan kami semua diminta untuk mencontohkan bagaimana hewan tersebut berbunyi dan makan. Dan disaat itu kami senang belajar biologi karena dengan adanya pembelajaran itu, walaupun sedikit berisik karena banyak ejekan sesama teman. Tetapi untungnya guru tersebut dapat mengatasinya.








Pembelajaran Biologi Yang Unik
Pembelajaran biologi di sekolah dapat dikatakan unik, karena baik subjek mauun objek pembelajarannya memiliki karakter yang khas. Objek pembelajaran biologi selain berhubungan dengan alam nyata juga berkaitan dengan proses kehidupan yang masih abstrak bagi siswa. Untuk mempelajari suatu dengan baik, belajar dengan aktif membantu untuk mendengar, melihat, menyaimpaikan pertanyaan tentang pelajaran tertentu dan mendiskusikan dengan yang lain. Dalam belajar aktif, yang paling penting siswa memecahkan masalah sendiri, menemukan contoh-contoh, mencoba ketrampilan dan melaksanakan tugas yang tergantung pada pengetahuan yang telah mereka miliki atau yang akan dicapai (Melvin, 2001).
Keberhasilan dalam proses pembelajaran dipengaruhi oleh dua factor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu faktor yang berkaitan dengan diri siswa, di antaranya adalah kemampuan, minat motivasi, keaktivan belajar dan lain-lain. Salah satu faktor keberhasilan dalam proses pembelajaran adalah metode mengajar, saat ini masih banyak guru yang menganut paradigma lama yaitu guru masih menganggap dalam proses pembelajaran hanya ada transfer pengetahuan dari guru kepada siswa. Guru masih menganggap siswa bagaikan botol kosong yang bisa diisi dengan informasi-informasi yang dianggap perlu oleh guru. Guru biasanya mengajar dengan metode ceramah dan mengharapkan siswa duduk, dengar, catat, dan hafal. Sehingga siswa menjadi bosen, pasif dan hanya mencatat saja.
Hasil observasi (penelitian) terhadap proses pembelajaran Biologi dikelas X. 7 SMA Muhammadiyah 1 Surakarta menunjukkan bahwa interaksi pembelajaran dalam kelas relatif masih rendah dan berlangsung satu arah. Di kelas tersebut, kita cenderung pasif dan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran rendah. Hal ini dapat dilihat dari sedikitnya siswa yang mendengarkan penjelasan guru, bertanya kepada guru atau menjawab pertanyaan dari guru, bahkan tidak jarang siswa diam saja atau bermain-main sendiri saat guru sedang menerangkan pelajaran. Hasil pengamatan juga
menunjukkan bahwa dalam mengajarkan suatu materi atau konsep tersebut
dengan kehidupan sehari-hari.
Hasil wawancara dengan siswa menunjukkan bahwa metode mengajar yang digunakkan oleh guru tidak bervariasi. Siswa juga menyatakan bahwa guru lebih dominan menggunakan metode ceramah dalam mengajarkan suatu konsep atau materi kepada siswa, guru hanya memberikan informasi, dan mengharapkan siswa untuk menghafal dan
mengingatnya. Kelemahan-kelemahan dalam proses pembelajaran dapat diidentifikasi permasalan dari hasil pengamatan yang telah dilakukan seperti siswa kurang memperhatikan penjelasan guru pada setiap pembelajaran, siswa tidak mempunyai kemauan dalam pembelajaran biologi, konsentrasi siswa kurang terfokus pada pembelajaran biologi, kurangnya kesadaran siswa dalam pembelajaran biologi, siswa ramai di kelas, hasil belajar siswa rendah, suasana pembelajaran yang cenderung pasif, guru kurang kreatif dan kurang peka terhadap metode pembelajaran aktif dan tidak ada keberanian siswa dalam mengungkapkan pendapat. Kelemahan-kelemahan di atas merupakan masalah pembelajaran di kelas yang penting dan mendesak untuk dipecahkan, karena interaksi dalam pembelajaran akan berjalan pincang dan berakibat luas pada rendahnya mutu proses maupun luaran pembelajaran. Strategi pembelajaran yang tidak tepat menyebabkan hasil belajar siswa rendah. Strategi pembelajaran yang tidak tepat disebabkan karena interaksi pembelajaran yang berlangsung satu arah. Pembelajaran yang
cenderung bersifat hafalan, dan pembelajaran yang tidak dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari.